Skip to main content

opini : lagu Sambel Kemangi (part I)

Mindful Eating

enake jangan asem kecut,
sambele kemangi
mangane bubar nyambut gawe
nadyan lawuh tempe ning sehat awake


segere ngombe banyu kendi
rokok nglinting dewe
nadyan mung manggon ono ndeso
nyatane ayem tentrem
kumpul sak kluargo


aku nrimo watone pokok seger waras
kayaku lumpukno kanggo ngragati sawah
ugo tuku bibit lan rabuke
mangan sak mbendinane sego sambel kemangi

enak opo wong urip ono ngalam dunyo
yen wegah rekoso urip ra biso mulyo
kudangane romo lan ibune
sregepo nyambut gawe ojo lali gustine.

Nasi, sayur asem, tempe dan sambal kemangi merupakan menu yang relatif sederhana. Apalagi di kota besar dengan diversitas pangan yang cukup melimpah. Menu sederhana tadi merupakan bagian dari lirik lagu “Sambel Kemangi” yang memang lebih mengambil latar kehidupan di desa sebagai tema. Saya suka dengan lagu ini karena memiliki irama yang cenderung ceria serta suara alat musik pengiring yang enak didengar. Saya juga menyukai lagu “Sambel Kemangi” terutama karena lirik lagunya yang mengingatkan tentang “kesederhanaan” serta mengingatkan saya untuk “simplifying life”.

Mendengar lagu ini kerap mengingatkan saya bahwa mungkin ada baiknya sekali - kali ‘menyederhanakan’ makanan yang masuk ke dalam tubuh saya. Di tengah kelimpahan bahan makanan, jenis makanan-dari kerupuk yang diberi air dan bumbu sampai makanan – makanan dari berbagai belahan dunia pun bisa ditemui-, terkadang membuat saya ‘terbuai’ dan jadi sedikit manja dengan menu makanan saya. Padahal sesungguhnya dengan menu nasi, tempe, sayur asem ditambah sambal kemangi pun sudah memadai kebutuhan nutrisi kita. Ketika mendengar lagu ini kadang saya teringat bahwa makan (dengan makanan yang baik dan halal) adalah suatu hal yang sometimes I take for granted. Sering kali saya makan di depan televisi sehingga fokus saya lebih besar tersita untuk melihat dan mendengarkan acara yang sedang tayang ketimbang menikmati makanan yang sedang saya santap. Kadang saya juga makan sambil membaca buku atau majalah -lebih sering lagi makan sembari scrolling timeline social media atau chatting dengan seseorang. Aktifitas makan yang seperti ini lebih populer dengan sebutan mindless eating. Kemudahan mendapatkan bahan makanan serta kegiatan rutin yang saya lakukan sehari – hari sering membuat saya melupakan ritual makan sebagai hal yang penting dan harus disyukuri.

Saya juga sering tidak menyadari apa alasan sesungguhnya dibalik keinginan saya untuk makan ketika sedang tidak merasa lapar. Memang ada saat ketika saya merasa sangat ingin makan meskipun tidak lapar, yaitu ketika siklus menstruasi saya akan datang. Saya menyadari ketika masa – masa itu datang, kecenderungan saya untuk makan disaat tidak lapar sungguh tidak bisa dibendung (curhat, haha). Klise dan pembelaan mungkin, tapi hormon saya berpengaruh dalam hal ini (hoho). Namun yang menarik adalah tentang topik yang pernah saya baca mengenai ‘obsesi’ berlebihan terhadap makanan bisa juga disebakan karena adanya ‘obsesi’ lain yang tidak terpenuhi. Rasa kesepian, rasa tidak percaya diri atau rasa bersalah mungkin saja memicu keinginan untuk makan yang berlebihan. Banyak orang (termasuk saya) yang menjadi khawatir atau merasa bersalah sehabis makan karena merasa ‘kebanyakan makan’ sehingga takut menjadi gemuk. Terkadang kita menjadi ‘antipati’ terhadap makanan dan menuduh makanan sebagai penyebab utama kegemukan yang menyerang kita (haha). Alasan utama yang mendasari ‘ketakutan’ kita terhadap makanan adalah karena kita lupa untuk benar – benar ‘hadir’ ketika makan (mindful eating).

Mindful eating, lawan dari mindless eating, merupakan ritual makan yang lebih dari sekadar makan pelan – pelan tanpa gangguan. Untuk menghindari mindless eating, kita harus memperhatikan beberapa hal berikut :
  • Kesadaran terhadap tanda – tanda dari fisik dan emosional kita ketika akan makan,
  • mengenali pemicu keinginan makan selain ketika lapar,
  • belajar untuk memenuhi kebutuhan emosional dengan efektif selain makan,
  • memilih makanan yang mampu memenuhi kebutuhan kita (secara nutrisi dan selera)
  • makan dengan tujuan mengoptimalkan kepuasan dan rasa kenyang,
  • serta menggunakan energi yang telah kita dapat dari makanan untuk menjalani hidup dengan penuh semangat.

The old habits of eating and not paying attention are not easy to change. Don't try to make drastic changes. Lasting change takes time, and is built on many small changes. We start simply.

Mengubah pola makan yang lama memang tidak mudah, namun saya sangat tertarik untuk menerapkan konsep mindful eating ini. Saat ini saya masih berusaha untuk mengurangi kebiasaan makan sambil melakukan hal lain, nonton TV atau mengoperasikan HP misalnya, serta mengusahakan agar makan lebih tenang dan tidak terburu – buru. Melewati tahap ini saja masih cukup sulit bagi saya hehe. Situs ini mengatakan bahwa setiap kita merasa ingin makan, coba berhenti sejenak dan tanyakan pada diri kita “apakah saya lapar?”. Pertanyaan ini akan membuat kita mengobservasi pikiran kita dan memilih respon apa yang sebaiknya diambil. Dengan cara ini diharapkan kita mampu mematahkan kebiasaan “mindless eating” dan menuju pada kebiasaan “mindful eating”.

“We are what we repeatedly do. Excellence, then is not an act, but a habit.” -Aristotle
We are what we think, eat, drink, say and breathe. Belajar untuk terus mengaplikasikan mindfulness pada semua aspek kehidupan dapat membantu kita untuk menjaga koneksi antara pikiran dan tubuh agar tetap terjaga dengan baik^^ Embracing everyday gratefulness~

enake jangan asem kecut,
sambele kemangi
mangane bubar nyambut gawe
nadyan lawuh tempe ning sehat awake

Comments

  1. Hi Fauziah, how's life? pripun kabare? hehe...
    Selalu menarik membaca blog Fauziah, tulisannya bagus2.
    kutip : "...kerupuk yang diberi air dan bumbu..." sepertinya saya kenal dengan makanan itu ! haha... jadi ingat sama bau kencurnya. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hai mas. life's good as always :D
      hehe mas gimana?
      ohh seblak haha

      Delete
    2. Alhamdulillah baik juga, Fauziah. :)
      btw, saya baru saja nonton PK. keren filmnya. sampai saya coba ngresume itu di blog. :D
      ada film bagus lainnya ? *kalau nggak ada, biar saya cari di google :D

      Delete
    3. ahaha gt ya?
      coba dong liat mas resume nya :D
      hmm.. apa ya, akhir2 ini lg g nntn film sih,, lg nyelesain baca buku aja :D

      Delete
    4. jangan, resumenya jelek & belum diprint. :D
      oo... sip lah, selamat membaca. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

opini : lagu Opo Aku Iki - Soimah

Miko Fajar Bramantyo

Lirik Lagu Merapi lan Merbabu - Anik Sunyahni