Skip to main content

note of "No Less than Greatness" (1)

Persepsi

My friend Carolyn discovered this after she looked outside her window one day to see a large motor home parked almost in front of her house. The streets in her neighborhood are extremely narrow, so this motorized behemoth with California plates proved quite an obstacle every time Carolyn pulled into or out of her driveway.

Yet Carolyn accepted the inconvenient gracefully. After all, her neighbors were a sweet elderly couple. “They’ve been so good to me over the years,” she thought. “I bet their kids have come from California for visit.”

So every time Carolyn backed out of the driveway, craning her neck to watch for oncoming cars, she said to herself, “Well, I’m glad their kids are here to see them,” and off she went.

On the fifth day, she learned that the motor home belonged not to the children of the sweet elderly couple next door, but to friends of the ornery couple across the street. These neighbors left their trash bins out all week long, complained incessantly whenever a dog dared bark and never had a kind word for anyone.


Immediately, the motor home became a monster. “Every time I had to back out of the driveway, every time I came home, thin tense, angry feeling rose in my gut,” she says. “Isn’t it just like them to inconvenience the whole neighborhood with this eyesore, and not even care.”

The motor home had been parked in the same place all along. What had moved was not the vehicle, but her perception. When she thought the motor home belonged to the children of a sweet old couple, she accepted the inconvenience without judgment.


Artikel ini terinspirasi dari kutipan yang terdapat pada buku “No Less than Greatness” karya Marry Manin Morissey. Setelah membaca kisah teman Marry, saya jadi kembali teringat bahwa kita tidak perlu terlalu panik ketika berbeda pendapat dengan orang lain. Cara kita memandang sesuatu pada umumnya ditentukan oleh persepsi kita. Persepsi itu -menurut saya- adalah kumpulan dari berbagai hal seperti pengetahuan, minat, latar belakang serta semua pengalaman yang pernah kita lalui. Saya menyebutnya sebagai “jendela”. Masing – masing orang memiliki jendela yang unik –dan berbeda. Pada artikel ini dikatakan bahwa persepsi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan dan perhatian serta bergantung pada fungsi kompleks sistem saraf -tetapi seperti tidak tampak karena persepsi bekerja di luar kesadaran.

Carolyn pada awalnya sama sekali tidak bermasalah dengan orang – orang yang memarkir kendaraan di depan rumahnya dan telah membuat kebisingan serta membuang sampah sembarangan. Carolyn merasa tidak terganggu karena pada awalnya ia menganggap orang – orang itu adalah anak dari pasangan tua yang baik hati. Ia malah merasa senang karena pasangan tua yang baik hati tersebut mendapat kunjungan dari anak – anaknya. Persepsi Carolyn yang seperti ini telah membuat hatinya jadi lebih tentram sehingga ia mampu menoleransi ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh orang – orang tersebut.

Beberapa waktu kemudian, Carolyn mengetahui bahwa orang – orang tersebut bukanlah anak – anak dari pasangan tua yang baik hati. Persepsi Carolyn pun berubah total. Ia menjadi kesal setiap mendengar kendaraan tersebut datang. Carolyn juga sangat kesal setiap melihat sampah yang dihasilkan orang – orang tersebut berserakan di sekitar rumahnya. Tiba – tiba ia tidak bisa menoleransi ketidaknyamanan yang mereka timbulkan. Kendaraan yang parkir tetap sama, tapi persepsi Carolyn telah berbeda.

Seperti yang Stephen Covey sering tekankan pada 7 Habits of Highly Effective People, dua orang yang berbeda pendapat bukanlah masalah logis melainkan psikis. Terkadang kita sering tidak mengerti mengapa seseorang bisa berpikiran tidak seperti yang kita pikirkan, padahal kita merasa pendapat kita sudah benar. Bisa saja kita dan orang tersebut memliki persepsi yang berbeda, seperti Carolyn melihat orang – orang itu. Kita melihat orang – orang itu sebagai anak dari pasangan tua yang baik hati, sedangkan teman kita melihat orang – orang itu sebagai teman dari tetangga lain. Pendapat kita dan teman akan sangat berbeda bukan? Oleh karena itu, jangan terlalu panik dan bereaksilah dengan lebih tenang ketika kita berbeda pendapat.

Layaknya ketika saya terlanjur jatuh cinta. Maka “se-remeh” apapun kebaikan yang dilakukan oleh orang tersebut membuat saya tambah jatuh cinta. Seandainya ia melakukan suatu kesalahan, saya bisa lebih menerimanya dan mengakui bahwa manusia adalah mahkluk yang sering salah. Berbeda ketika saya sudah merasa tidak “sreg” dengan seseorang. Meskipun ia tidak melakukan kesalahan, terkadang saya menjadi kesal tidak beralasan. Hehe. Itulah mengapa publik figur sering berkata “Di dunia ini akan ada orang yang menyukai kita dan tidak menyukai kita. Apapun yang kita lakukan.” Taylor Swift juga mengabadikannya pada lagu Shake it Off dengan berkata “haters gonna hate hate hate”. Tentunya, lovers gonna love love love. Selalu akan ada haters dan lovers dalam kehidupan kita.
Ketika demam Pilpres melanda negeri ini tahun lalu, banyak orang jadi bersitegang satu sama lain. Saya pun merasakannya sendiri dari timeline media sosial yang dipenuhi dengan komentar – komentar baik yang positif maupun negatif bagi masing – masing calon. Saya mengamati dan kemudian menyadari bahwa terkadang kita tidak bisa memaksakan kehendak maupun pemikiran kita kepada orang lain. Meskipun kita menjabarkan sampai panjang lebar tentang alasan mengapa kita harus memilih suatu calon, terkadang orang tetap saja teguh pada pilihannya yang lain. Bukan soal siapa yang benar atau salah, siapa yang lebih baik atau lebih buruk, tapi simply karena kita memiliki kepercayaan tersendiri kepada calon yang kita pilih. Haters gonna hate, lovers gonna love. So, keep calm and think clearly^^. Bukan berarti kita menolak perubahan dan pemikiran baru, hanya saja kita bisa berlatih untuk menjadi orang yang lebih proaktif -ketimbang menjadi orang yang sangat reaktif- dengan menyadari bahwa perbedaan itu indah dan hal yang sangat wajar.
It is okay we’re different. For peace, it’s not necessary for eagles to be crow. -Sitting Bull

Comments

Popular posts from this blog

opini : lagu Opo Aku Iki - Soimah

Miko Fajar Bramantyo

Lirik Lagu Merapi lan Merbabu - Anik Sunyahni