Skip to main content

My SO Has Got Depression

Source of the Biggest Support in Our Life

Film “My SO Has Got Depression” dibuat berdasarkan komik garapan Tenten Hosokawa dengan judul asli “ツレがうつになりまして(Tsure ga Utsu ni Narimashite)”. Pada tahun 2011, Kiyoshi Sasabe mentransformasi komik yang berisi mengenai perjuangan pasangan suami istri dalam menghadapi depresi ini menjadi sebuah film. Film yang sederhana namun inspiratif, “My SO Has Got Depression” menjadi lebih menarik bagi saya karena dibintangi oleh Aoi Miyazaki. Dalam film ini Aoi Miyazaki kembali berpasangan dengan Sakai Masato, setelah sebelumnya mereka bersama – sama membintangi film “Atsuhime” pada tahun 2008. Saya menyukai Aoi Miyazaki karena ia memiliki suatu ciri khas yang menarik di wajahnya. Ia memiliki aura khas yang terpancar dari senyumnya. Sejauh ini menurut saya, Aoi selalu tampak serasi dan mampu menciptakan chemistry yang berbeda – beda bila dipasangkan dengan beberapa aktor Jepang di film - film yang ia bintangi. Aoi mampu membangun chemistry yang baik dengan banyak aktor seperti Sho Sakurai dalam film “In His Chart" atau Osamu Mukai dalam film “Yellow Elephant” -dan aktor – aktor lain, hehe.

"My SO Has Got Depression" menceritakan tentang perjalanan sepasang suami istri yang berjuang melawan penyakit depresi. Haruko Takasaki (Aoi Miyazaki) adalah istri dari Mikio Takasaki (Sakai Masato) dan ia bekerja sebagai komikus -meskipun komiknya tidak terjual dengan baik. Mikio yang biasa dipanggil Tsure, bekerja di perusaahaan asing yang memiliki cabang di Jepang. Haru dan Tsure sudah menikah selama 5 tahun. Selama itu kehidupan Haru hanya berkutat pada pekerjaan rumah tangga dan membuat komik. Haru juga tidak terlalu memperhatikan Tsure karena suaminya terbiasa menyiapkan kebutuhan sehari – hari secara mandiri. Sampai pada suatu hari, kehidupan Haru dan Tsure berubah setelah Tsure dinyatakan terkena depresi.

Awalnya Haru tidak terlalu menyadari bahwa suaminya mengalami penyakit yang cukup serius. Tiba – tiba Tsure jadi sering mengeluh sakit –kadang sakit punggung, bahkan sampai tidak bisa tidur. Kondisi Tsure semakin hari semakin mengkhawatirkan. Ia jadi tidak bisa duduk dengan tegak, bahkan tidak mampu lagi melakukan hal – hal yang biasa dilakukannya seperti menelpon atau naik kereta yang padat penumpang. Haru pun kemudian berinisiatif mencari tahu mengenai penyakit depresi ini. Setelah membaca banyak referensi, timbul kekhawatiran bahwa penyakit depresi yang menimpa suaminya akan semakin buruk. Haru kemudian memutuskan agar Tsure keluar dari pekerjaannya. Haru menyadari bahwa selama ini suaminya telah bekerja melampaui kemampuannya. Haru juga menyadari bahwa ia telah lalai dalam memperhatikan kondisi suaminya. Ia menyesal dan berjanji akan mendampingi Tsure dalam menghadapi penyakit depresi ini. Pada awalnya Tsure menolak keluar dari pekerjaannya, karena itu adalah satu – satunya sumber penghasilan keluarga mereka. Namun, Haru bersikeras dan mengancam Tsure agar lebih baik bercerai saja apabila Tsure tidak berhenti bekerja. Dengan berat hati, Tsure akhirnya berhenti dari pekerjaannya.
Haru dan Tsure kemudian menjalani fase baru dalam kehidupan pernikahan mereka. Kesehatan Tsure setelah berhenti bekerja tak kunjung membaik. Tsure mengalami guncangan mental yang lebih besar lagi karena ia merasa bersalah dan merasa tidak berdaya sebagai kepala keluarga. Tsure sering menangis dan kesulitan untuk beraktivitas seperti biasa. Haru yang sangat menyayangi suaminya, mencoba tegar. Ia tidak patah semangat dan selalu tampil ceria di hadapan Tsure. Haru meyakinkan bahwa Tsure akan segera sembuh dan bisa kembali bekerja suatu hari nanti. Haru berkata “When Tsure worked, I just lazily lied down all day long. It’s okay Tsure, your homework this summer is to rest.”

Kesulitan – kesulitan dalam menghadapi penyakit depresi suaminya -yang bahkan sempat mencoba bunuh diri- serta segala masalah kehidupan yang tengah dialami Haru diluapkannya dengan menulis buku harian. Di dalam buku hariannya, Haru menulis kisah mereka sambil menggambar dirinya, Tsure dan Igu -iguana peliharaan mereka- yang sedang berjuang menjalani hari – hari yang semakin terasa berat. Kecemasan Haru bertambah ketika ia menghadapi kesulitan keuangan. Tsure sudah tidak lagi bekerja dan komik Haru yang tidak kunjung terjual -bahkan diberhentikan pembuatannya oleh penerbit, memaksa Haru hanya mengandalkan tabungan mereka yang tersisa. Walaupun tabungan yang dimiliki semakin menipis, Haru tetap bersikap setenang mungkin di depan Tsure. Meskipun begitu, Haru beruntung karena kedua orang tuanya sangat pengertian. Mereka tetap memperhatikan kehidupan putri dan menantu mereka. Mereka tidak menyalahkan siapa pun dalam hal ini, malah mendorong Haru untuk terus kuat dalam mendampingi Tsure. Orang tuanya selalu mengingatkan pada Haru untuk memperhatikan makanan dan kondisi mental Tsure serta berpesan agar jangan sungkan untuk meminta pada mereka apabila Haru sudah kekurangan uang.
Suatu hari, Haru memberanikan diri untuk datang ke penerbit dengan harapan komik yang telah dibuatnya dapat diterbitkan. Namun sayang, penerbit tidak tertarik dengan komik Haru. Karena keuangan keluarga Tsure dan Haru sudah sangat menipis, tiba – tiba Haru mendapat keberanian untuk mengatakan hal yang sesungguhnya. Sambil membungkukkan badan ia mengatakan “Tsure ga utsu ni narimashite, shigoto o-kudasai!”. Kejadian ini menyadarkan Haru bahwa selama ini ternyata Haru telah berusaha menutup – nutupi penyakit suaminya. Namun ia bangga karena ia telah berani mengatakan hal yang sejujurnya mengenai penyakit suaminya. Haru pun mendapat pekerjaan untuk membuat karakter pada sebuah majalah. Editor yang melihat pekerjaan Haru mengatakan bahwa ia terkesan dengan karya Haru dan menyarankan agar Haru membuat komik sendiri. Haru mengatakan bahwa ia telah membuat bermacam – macam komik, namun penerbit tidak tertarik mencetaknya. Editor itu pun berkata “Maybe you draw something that you don’t like. Draw something that you really like.”

Ketika sedang menulis buku harian, Haru kemudian teringat kata – kata editor yang menyarankannya untuk menggambar sesuatu yang ia suka. Ia menatap buku hariannya dan menyadari bahwa menggambar dirinya, Tsure dan Igu adalah hal yang paling ia suka. Haru mendapat ide untuk membuat komik tentang kisah mereka yang berjuang menghadapi penyakit depresi. Tsure mendukung ide Haru untuk membuat komik mengenai penyakit depresi dan ia memberikan  buku harian miliknya sebagai tambahan referensi bagi Haru. Tsure ternyata juga menulis buku harian atas saran dokter untuk membantu proses pemulihan depresinya. Komik buatan Haru diterima oleh penerbit dan mendapat sambutan yang baik dari pembaca. Bahkan mereka diundang menjadi pembicara mengenai pengalaman mereka dalam menghadapi penyakit depresi. Kisah mereka telah menginspirasi banyak orang yang juga sama – sama berjuang melawan penyakit depresi. Tsure dan Haru sadar, mereka tidak sendiri. Banyak orang di luar sana yang juga mengalami kesulitan seperti mereka.

Meskipun kondisi Tsure belum pulih seperti semula, namun ia semakin membaik. Tsure akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa ia harus sembuh demi dirinya sendiri, agar ia mampu melanjutkan hidup dengan baik. Tsure menyadari selama ini ia berjuang untuk sembuh demi istri tercintanya, Haruko. Namun setelah Tsure meyakinkan bahwa ia harus sembuh demi dirinya sendiri, ia menyadari kondisinya membaik lebih cepat. Tsure berusaha menerima dirinya -dengan penyakit depresinya- apa adanya. Bahwa setiap manusia memliki kekurangan dan kelebihan. Penyakit ini membawa Tsure dan Haru belajar banyak hal sehingga mereka menjadi orang yang lebih baik dan kuat dalam menjalani kehidupan. Tsure dan Haru juga semakin saling mencintai dan bersyukur mampu melewati hari – hari berat di belakang mereka. Everything happens for a reason!
Perhaps from now on, Tsure will have to live with this ‘cold of the whole universe’. But there is no night that won’t end. Even if the sky at dawn is cloudy, it’s still much brighter that the night. -Haruko Takasaki
Nilai yang paling saya suka dari film ini adalah rasa saling mendukung yang sangat kuat. Tsure yang sangat mendukung istrinya menjadi komikus, meskipun orang lain atau penerbit belum tertarik dengan komiknya. Haru yang juga mendukung dan menerima dengan tegar kenyataan bahwa suaminya mengalami depresi dan tidak mampu bekerja seperti biasanya lagi. Begitu juga dengan kedua orang tua Haru yang sangat pengertian dan tetap menerima kehidupan putri beserta menantu yang sedang berjuang. Mereka tidak lantas menyalahkan Tsure dan malah mendukung Haru agar tetap kuat. Berbagai masalah yang menimpa Tsure dan Haruko memberi mereka pelajaran hidup yang berharga. Haru pada akhirnya menemukan sesuatu yang ia sukai untuk komiknya dan Tsure menjadi orang yang lebih luwes dan ceria. Terlebih lagi, mereka mampu memberikan inspirasi dan kekuatan bagi orang lain untuk tetap kuat dalam menjalani kehidupan –terutama dalam menghadapi penyakit depresi J.
If we can make it trough the night, we'll see the sun. -March On by Good Charlotte

Comments

Popular posts from this blog

opini : lagu Opo Aku Iki - Soimah

Miko Fajar Bramantyo

Lirik Lagu Merapi lan Merbabu - Anik Sunyahni