Skip to main content

My Year 2018 in Books


Sumber: seriousreading.com
Sesuai dengan rekam jejak di Goodreads, ternyata saya sudah membaca 24 judul selama tahun 2018. Ini tahun pertama saya mencatat berapa buku yang sudah dibaca, dan ternyata saya senang! Saya senang melihat progress dan statistik seperti berapa halaman yang saya baca, buku apa yang paling tebal, paling populer dan sebagainya. Mungkin karena saya cenderung sebagai tipe questioner (coba cek tipe kamu di situs Gretchen Rubin).

Tahun 2019 ini saya memasang target 30 buku untuk dibaca. Tahun lalu target saya hanya 15 buku, ternyata realisasinya bisa lebih banyak. Membaca buku adalah salah satu ikhtiar saya agar terus belajar hal baru dan memperluas pengetahuan. Dari buku, saya bisa banyak mempelahari hal-hal baru yang tidak dipelajari di bangku sekolah, misalnya saja tentang parenting, membangun kebiasaan baik bahkan cara bersih-bersih yang benar! Saya menulis tentang beberapa buku yang sukses menginspirasi saya di postingan berikut.

Menurut situs seriousreading.com, berikut beberapa manfaat dari membaca buku (untuk lebih lengkap langsung cek situs tadi ya :)):

  • Sumber pengetahuan: Salah satu alasan mengapa harus membaca buku adalah untuk mendapatkan pengetahuan. Buku merupakan sumber informasi. Setiap kali kamu membaca buku, kamu bisa belajar informasi baru yang mungkin tidak diketahui sebelumnya.
  • Meningkatkan kemampuan otak: Penelitian telah menunjukkan bahwa membaca memiliki efek positif yang kuat pada otak. Membaca membuat otak tetap terstimulasi secara mental sehingga dapat mencegah demensia dan penyakit Alzheimer. Otak merupakan otot dan seperti otot lain dalam tubuh, olahraga membuat otak lebih kuat dan sehat. Seperti kegiatan memecahkan teka-teki, membaca buku adalah salah satu cara yang bagus untuk melatih otak.
  • Mengurangi stres: Membaca juga memiliki efek positif pada tubuh karena dapat menghilangkan stres lebih baik daripada berjalan-jalan atau mendengarkan musik. Menurut penelitian, orang yang rajin membaca cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah.
  • Mengembangkan keterampilan berpikir kritis: Salah satu manfaat utama dari membaca buku adalah mengasah kemampuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Berbeda dengan kegiatan menonton TV, membaca mengharuskan si pembaca berpikir dan memproses informasi. Semakin banyak membaca, semakin dalam pemahaman kamu tentang apa yang kamu baca dan aplikasinya.
  • Memperkaya kosakata: Membaca mampu meningkatkan variasi kosa kata karena ketika membaca, kamu bisa menemukan kata-kata baru, idiom, frasa dan gaya penulisan yang berbeda-beda. 

    Membaca itu menyenangkan dan memberikan banyak manfaat, oleh karena itu saya suka membaca buku-buku non-fiksi ber-genre self-improvement. Saya juga terkadang membaca buku fiksi, misalnya novel-novel Tere Liye atau novel thriller Dan Brown. Tahun 2018 ini saya mulai mencoba untuk membaca buku fiksi yang ber-genre fantasi. Jujur saya belum pernah membaca buku fantasi sebelumnya :D Saran ini terutama berasal dari atasan saya di kantor. Beliau bilang saya harus mulai punya sense terhadap buku-buku fiksi dan ga melulu non-fiksi. Alhamdulillah, salah seorang teman dan rekan kerja di kantor adalah pembaca setia buku fiksi sehingga saya bisa meminjam stok buku fiksi kepada beliau *haha.

    Dari sekitar 24 judul yang sudah saya baca di tahun 2018, buku paling berkesan jatuh kepada: Harry Potter Series (yeaaayyyyy!! ^^). Kenapa? Nanti saya bahas deh ya di postingan selanjutnya. Selain seri Harry Potter, beberapa judul lain yang menurut saya berkesan adalah:

    Dan Brown a Biography (Lisa Rogak)

    Sumber: tokopedia.com
    Dan Brown merupakan salah satu penulis favorit saya oleh karena itu saya tertarik membaca buku ini (meskipun terbilang terbitan lama). Bukunya tipis sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Setelah membaca buku ini, saya makin nge-fans deh rasanya sama Dan Brown. 

    Dalam buku ini diceritakan perjalanan Dan Brown sebelum akhirnya dia menjadi penulis best-seller yang terkenal hampir di seluruh dunia. Dia pernah menjadi musisi juga pernah menjadi penulis buku dengan genre humor. Dan Brown bahkan harus bekerja di dua tempat sekaligus sembari menulis. Buku-buku yang dia tulis sebelum The Da Vinci Code tidak begitu laku di pasaran dan hampir membuatnya putus asa tentang karir sebagai penulis.

    Salah satu cerita yang paling menyentuh  adalah ketika Dan Brown melakukan acara penandatanganan buku Digital Fortress. Saat itu Dan Brown berpakaian sangat rapi, memakai jas dan dasi -bahkan menyediakan tiga pulpen untuk berjaga-jaga kalau tintanya habis. Dan Brown duduk di sana selama tiga jam dan orang-orang berlalu lalang, tapi tidak ada yang mau melakukan kontak mata dengannya apalagi berbicara pada Dan Brown. Pada akhirnya dia tidak menandatangani satupun buku hari itu. Sekarang, ketika dirinya menghadiri acara penandantanganan buku dengan antrian yang sangat panjang, orang akan berkata “Oh, Anda pasti sangat lelah”. Tapi Dan Brown menjawab “Tidak, saya tidak lelah. Saya akan tetap berada di sini sampai selesai."

    Setelah membaca buku ini saya juga jadi terpikirkan tentang sosok wanita dalam kehidupan Dan Brown, Blythe Newlon, istrinya. Dan Brown mengaku bahwa istrinya-lah sumber inspirasi dan motivasi. Kebayang kan pasti istri Dan Brown orang yang istimewa :D *baper mode on. Pokoknya fans Dan Brown perlu baca buku ini.

    The Collapse of Parenting (Leonard Sax)

    Meskipun saya belum jadi orang tua, tapi saya sangat tertarik dengan dunia parenting. Alasan utamanya adalah karena saya memiliki adik ketika usia saya 20 tahun. Sejak saat itu saya rajin membaca buku tentang parenting, terutama karya dalam negeri. Salah satu buku favorit saya yang bertema parenting bisa dicek di postingan ini :)

    Mengapa buku ini saya anggap menarik? Karena kebanyakan buku parenting yang saya baca biasanya memiliki pandangan yang relatif mirip. Tapi dalam buku ini, konsep parenting yang dipaparkan oleh penulis lumayan berbeda. Menurut saya, penulis mencoba untuk menyebarkan pesan bahwa orang tua memiliki peranan dan otoritas yang lebih pada anak -bukan hanya sekadar menjadi "teman" saja. Otoritas orang tua ini-lah yang ditekankan oleh penulis, karena anak-anak butuh peraturan yang "jelas". Penulis sangat khawatir dengan kondisi anak-anak (di Amerika khususnya), yang semakin terlalu bebas. Seperti itu kira-kira :)

    Polish Your Poise with Madame Chic (Jennifer L. Scott)


    Ya, tahun lalu saya berhasil membeli dan membaca another Madame Chic series! Tahun ini saya juga berencana untuk membeli At Home with Madame Chic :) Buku ini secara umum memberikan pemaparan on how to live well and maintaining poise in everyday lives. Kapan-kapan saya akan tulis postingan terpisah, seperti ini, untuk buku Polish Your Poise with Madame Chic

    Pembaca buku dengan genre seperti Madame Chic ini di Indonesia sepertinya masih sangat sedikit ya? Iya gak sih?


    ***

    Comments

    Popular posts from this blog

    opini : lagu Opo Aku Iki - Soimah

    Miko Fajar Bramantyo

    Lirik Lagu Merapi lan Merbabu - Anik Sunyahni