Skip to main content

Terapi Mendengarkan

Thanks for Listening^^

Terkadang saya merasa tidak dapat mengontrol “apa” yang keluar dari mulut saya. Terlebih kalau sudah bertemu dengan teman karib, apa saja bisa menjadi bahan obrolan. Mulai dari obrolan ringan seputar kehidupan sehari – hari saya, pandangan saya tentang “gosip” yang lagi in, sampai curhat masalah – masalah yang lumayan sensitif. Koq rasa – rasanya semua tentang saya ya.. Bahkan, kalau lawan bicara saya terlihat tidak antusias dengan apa yang saya bicarakan, saya jadi merasa kesal dan sakit hati. Padahal mungkin saja, saya memang pembicara yang membosankan dan “mendominasi” pembicaraan.. hehe. Dihantui perasaan yang tidak enak karena terlalu banyak ngomong serta masukan dari beberapa buku, saya memutuskan untuk insyaf dan akan berusaha mengubah kebiasaan berbicara menjadi kebiasaan mendengarkan. Eh, kenapa ya harus mendengarkan?

Muhammad Ibrahim al-Nughaimish dalam buku berjudul “Terampil Mendengarkan” mengajak kita merenungkan organ pendengaran yang ada pada tubuh kita. Konon, kita diberi dua telinga dan hanya satu mulut agar lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa lidah yang kita gunakan untuk berbicara terletak di dalam mulut dan ditutup oleh gigi dan dua bibir. Sementara dua telinga kita yang selalu terbuka lebar (kecuali yang pakai kerudung sih, hehe..) menunjukkan bahwa mendengarkan adalah hal yang penting. Indera pendengaran juga merupakan satu – satunya indera yang hampir selalu terjaga saat seseorang tidur. Orang yang sedang tidur tidak bisa mencium bau makanan, melihat barang – barang di sekelilingnya, tetapi bisa terkejut kaget saat mendengar suara teriakan di dekat wajahnya. Terlebih lagi, seorang ibu juga bisa langsung terjaga saat anaknya terdengar menangis.

Mendengar dan mendengarkan merupakan dua aktivitas yang berbeda. Muhammad Ibrahim menuliskan bahwa mendengar didefinisikan sebagai tertangkapnya sebuah pembicaraan oleh telinga, secara sengaja maupun tidak. Mendengarkan, tidak hanya sekadar menangkap sebuah pembicaraan tetapi juga memperhatikan secara serius terhadap apa yang dikatakan lawan bicara. Mendengarkan memerlukan keseriusan penuh, bahkan dari seluruh anggota tubuh. Dalam buku lain yang ditulis oleh Stephen Covey, mendengarkan berarti menatap mata lawan bicara bahkan kita juga mencoba “masuk” ke dalam pikiran dan hati mereka.

Stephen Covey menyebutkan bahwa aktivitas mendengarkan yang bertujuan untuk memahami orang lain akan membuka komunikasi sejati dan hubungan sosial yang lebih baik. Dalam bukunya, Living the 7 Habits, Covey mengatakan bahwa hal yang paling dibutuhkan oleh tubuh manusia adalah oksigen sedangkan hal yang paling dibutuhkan oleh hati manusia adalah merasa dipahami, dihargai dan dihormati. Covey selalu menegaskan bahwa mendengarkan dengan empati adalah ibarat memberikan udara psikologis bagi seseorang. Nah..keren ga tuh kalau kita bisa memberikan orang lain sesuatu yang begitu penting?^^

Untuk menjadi pendengar yang baik, Muhammad Ibrahim menuliskan bahwa kita harus belajar untuk memposisikan diri pada posisi orang lain. Coba saja kita bayangkan bagaimana reaksi kita ketika berkeluh kesah kepada seorang teman atau keluarga, namun mereka mengabaikan kita. Atau, bagaimana sih perasaan kita ketika orang yang kita ajak bicara malah melirik ke jendela atau sibuk memainkan handphone-nya? Haduuuh, kalau saya sih jujur sedih banget kalau digituin sama orang lain >.< Oleh karena itu, saya sekarang berpikir jangan – jangan saya juga sering melakukan hal yang sama pada orang yang sedang berbicara pada saya.
Dalam buku “Terapi Mendengarkan” disebutkan beberapa tips yang akan mengasah keterampilan kita dalam mendengarkan. Ada dua poin yang saya garis bawahi, yaitu hindari menyimpulkan dini dan memaksimalkan semua indera untuk memperhatikan pembicara. Agar tidak menyimpulkan dini, maka kita harus berlatih mendengarkan seseorang yang berbicara tanpa menginterupsi apalagi memotong perkataannya. Kita harus mendengarkan sampai selesai dan berhenti sejenak untuk memikirkan apakah ia membutuhkan saran dari kita atau hanya sekadar ingin didengarkan. Memang saya sendiri juga terkadang merasakan ada saat – saat dimana saya ingin bercerita pada seseorang. Benar – benar hanya ingin bercerita tanpa judge apapun. Kadang saya merasa lebih lega ketika saya menceritakan sesuatu masalah atau uneg – uneg yang ada di pikiran saya pada orang lain. Tapi kalau orang yang saya ajak bicara malah menyalahkan saya setelah saya bercerita, kan males juga ya..hehehe.

Memfokuskan perhatian kepada orang yang berbicara pada kita juga memerlukan latihan dan pengulangan. Paling simple sih..usahakan ketika seseorang mengajak berbicara suatu hal yang dianggap penting, kita sedang tidak melakukan aktivitas lain –kecuali kalau orang itu hanya berkata sesuatu yang biasa saja. Usahakan juga untuk menatap mata seseorang yang berbicara pada kita. Jauhkan semua benda yang dapat mengalihkan perhatian kita dari pembicaraan. Memang melakukan semua itu cukup sulit dan dibutuhkan latihan dalam waktu yang relatif lama. Tapi, saya yakin kalau kita mau mencoba dan terus berlatih, lama - lama kita pasti akan terbiasa :).


Kebiasaan efektif nomor 5 yang diusung oleh Stephen Covey, yaitu “berusaha memahami terlebih dahulu, baru dipahami”, menuntut kita menjadi pendengar yang baik sebelum kita menuntut orang lain mendengarkan kita. Covey menyimpulkan bahwa apabila orang lain merasa dipahami dan dihargai, mereka akan membuka diri sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka akan lebih mudah terjadi. Mendengarkan adalah kunci utama berkomunikasi. Jika kita ingin mengomunikasikan sesuatu yang penting kepada orang lain, kita harus terlebih dahulu memahami orang lain dengan cara mendengarkannya.
"Berusaha memahami orang lain menuntut kemurahan hati. Berusaha dipahami oleh orang lain menuntut keberanian kita.” –Stephen Covey
Semoga ya, saya bisa selalu melatih kemampuan mendengarkan dengan baik. Sungguh, senang sekali kan kalau kita mempunyai seseorang yang mendengarkan kita dengan penuh kepedulian dan kasih sayang. Saya berharap, at least, ada orang yang merasa nyaman ketika berbicara dan bercerita pada saya^^ Pesan sponsor dari tulisan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang -entah sengaja atau tidak- telah menjadi pendengar yang sangat baik bagi saya dan telah memberikan saya inspirasi untuk berlatih mendengarkan. Saya rasa dia akan selalu menjadi pendengar sekaligus pembicara yang menyenangkan :).


Comments

  1. kalo kata karen armstrong, Islam itu agama yang mewajibkan penganutnya selalu mendengarkan. mampir ya ke blog apit ---> nangkringinpikiran.blogspot.com :D mau follow blog ini tapi bingung gimana caranya.haha

    ReplyDelete
  2. aduuuuhhhh, jadi malu ada hafidz >.<
    iya pasti, aku mampir^^
    aduh, aku juga ga tau cara follow begitu --> gaptek, hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

opini : lagu Opo Aku Iki - Soimah

Miko Fajar Bramantyo

Lirik Lagu Merapi lan Merbabu - Anik Sunyahni