Skip to main content

The Art of Doing Nothing

"Fakir Notifikasi"

Lebaran tahun lalu saya sempat mengunjungi daerah kraton Yogyakarta bersama seorang teman untuk mencari jejak kampung Rumah Putri. Ada sebuah moment yang ingin saya bagi lewat tulisan ini mengenai “perilaku” warga sekitar yang duduk – duduk santai menikmati hari. Saat itu saya dan teman sedang mencari info mengenai keberadaan kampung Rumah Putri yang namanya saya dapatkan dari buku Back Door Java. Karena kami tak kunjung menemukan tempat tersebut, teman saya berinisiatif untuk menanyakan pada warga sekitar yang kebetulan kala itu sedang duduk – duduk di sebuah tempat yang mirip pos ronda. Saat itu siang menjelang waktu shalat Dzuhur dan cahaya matahari cukup terik menyengat. Di pos tersebut duduk seorang bapak paruh baya, seorang ibu yang nampaknya adalah seorang ibu rumah tangga dan seorang nenek yang berwajah ramah. Kami menanyakan perihal kampung bernama Rumah Putri dan mengobrol beberapa hal lain. Setelah pamit, saya dan teman kembali mengelilingi daerah sekitaran kraton dan hampir se-jam kemudian kami kembali melewati pos ronda tersebut. Guess what? Setelah se-jam berlalu, ketiga orang tadi masih duduk santai di tempat tersebut. 
“Wah mas, orangnya masih ada disitu.” kata saya kepada teman saya. 
“Oh iya..kalau disini orang selo kayak gitu bisa lama banget duduknya.” jawab teman saya.

Saya melihat “fenomena” ini sebagai hal yang cukup menarik. Saat kebanyakan orang bisa dengan mudahnya memiliki dan mengoperasikan smartphone, kegiatan duduk – duduk santai tanpa melakukan apapun (misalnya sambil menonton TV, membaca buku, atau memainkan smartphone) adalah hal langka yang jarang saya temui di kehidupan sehari – hari. Ketika sedang mengendarai motor (dengan gaya saya yang berusaha mengendarai motor di kecepatan 40 km/jam) saya sering sekali memerhatikan bahwa kebanyakan orang yang sedang duduk di pinggir jalan (misalnya dalam rangka menunggu sesuatu) atau di beberapa tempat makan, sebagian besar menghabiskan waktunya dengan melihat ke layar smartphone mereka. Ketika melihat beberapa anak sekolah berseragam yang sedang menunggu angkot misalnya, kebanyakan dari mereka selalu menggenggam smartphone serta sering sekali mengecek gadget tersebut. Seringkali ketika saya sedang mencuci motor dan menemukan bahwa orang yang kebetulan datang untuk mencuci motor bersama pasangannya juga ternyata lebih sering memainkan smartphone daripada menikmati waktu mengobrol. Saya bahkan pernah memerhatikan seorang remaja (usia sekolah menengah atas) yang duduk di depan saya ketika sedang berlangsungnya ceramah sebelum shalat tarawih di mesjid. Ketika penceramah sedang berbicara, si remaja tersebut beberapa kali terlihat mengecek smartphone-nya. Saya jadi agak sedikit penasaran, sebenarnya dia sedang mengecek apa sih? Ternyata eh ternyata, si remaja tersebut hanya mengecek news feed BBM-nya, berulang kali membuka Line dan instagram. Loh kok mirip saya yah? Hehehe.

Saya bertekad untuk memiliki “hubungan yang lebih baik” dengan smartphone. Saya memang tidak merasa terlalu kecanduan dengan smartphone, tapi ada kalanya ketika bosan menyergap smartphone-lah pelarian saya. Kadang saya juga terlalu lelah untuk menghabiskan waktu dengan adik saya yang paling kecil ketika ia mengajak bermain –tapi selalu ada waktu untuk memainkan smartphone. Waktu tidur saya juga sering terganggu karena kebiasaan meletakkan smartphone di samping saya –berharap ia berdering “ping” “ping” “ping”. Kadang keinginan untuk membuka layar smartphone sangatlah besar sampai hal tersebut merupakan sesuatu yang otomatis saya lakukan tanpa berpikir terlebih dahulu. Tahu kan rasanya? Jari – jari ini seperti terbiasa : membuka kunci layar, menggambar pola kunci, langsung mengecek BBM kemudian instagram atau aplikasi lain yang sering kita gunakan. Jujur saja dari pengalaman yang saya rasakan sendiri, ada perasaan “senang” ketika smartphone saya penuh notifikasi. Chat masuk dan pemberitahuan likes di instagram atau bahkan hanya sekadar news feed baru di BBM. Kadang kali saya temui sedikit “frustasi” ketika smartphone saya sama sekali tidak berbunyi. Saya sering merutuki diri saya sendiri sebagai “fakir notifikasi”. Haha.

Sebetulnya apa yang terjadi pada diri kita -lebih tepatnya otak kita- akibat smartphone? Jangan sampai kecanduan smartphone menyebabkan kejadian memprihatinkan yang terjadi di Shanghai ini terulang lagi. Jeff Butler dalam pidato Ted Talks-nya mengasosiasikan bahwa adanya notifikasi pada smartphone dapat merangsang otak kita untuk mengeluarkan hormon dopamine yang menghasilkan efek menyenangkan bagi tubuh. Itulah alasan mengapa kita menginginkan notifikasi lebih pada smartphone kita dengan tujuan agar lebih banyak dopamine yang diproduksi sehingga berarti lebih banyak “kesenangan”. Dalam situs ini disebutkan bahwa kecanduan smartphone bisa disebabkan karena kepuasan instan yang kita dapatkan lewat notifikasi, kemudahan berkomunikasi via chatting serta tersedianya berbagai informasi dengan hanya mengetiknya melalui google.
Saya setuju sekali bahwa smartphone membuat hidup kita jauh lebih mudah. Bagi saya terutama sekali adalah kemampuannya untuk menjadikan komunikasi lebih enjoyable dan simple dengan adanya aplikasi seperti BBM atau whatsapp. Atau juga aplikasi seperti instagram dan pinterest yang membuat saya bisa melihat artis atau kota favorit saya dengan hanya menuliskannya setelah hashtag. Namun, tentu saja saya ingin mengurangi waktu interaksi saya dengan smartphone terutama ketika sedang bersama orang – orang terkasih atau waktunya istirahat. Saya sangat menghargai orang yang menaruh smartphone-nya ketika mengobrol dengan saya –dan tentu saya juga berusaha keras untuk melakukan hal tersebut. Saya ingin bisa menikmati duduk santai ketika menunggu sesuatu tanpa khawatir merasa bosan atau dicap kurang kerjaan/tidak produktif oleh orang sekitar. Because there is beauty lies within our surroundings, if only we pay attention more to it

***



PS. Terimakasih pada seseorang yang selalu berusaha mengesampingkan handphone-nya ketika sedang bersama saya. Time flies really fast when I’m with you –even without our smartphones.

Comments

Popular posts from this blog

opini : lagu Opo Aku Iki - Soimah

Miko Fajar Bramantyo

Lirik Lagu Merapi lan Merbabu - Anik Sunyahni